Menghujat Abu Hurairah, Menghujat Kitab Sendiri (38) Abu Hurairah Diejek Karena Lapar

Apakah lapar merupakan aib? Yang dilupakan oleh abdul husein, ternyata bukan Abu Hurairah saja yang kelaparan.

Kategori Artikel

Ketika membaca bab Masa Nabi saw, tidak ada kisah lain tentang Abu Hurairah kecuali lapar dan miskin. Dua sisi itulah yang menjadi fokus abdul husein. Di sini kita terheran-heran, apakah hanya ada kisah lapar dan miskin pada kehidupan Abu Hurairah di masa Nabi? Tidakkah ada kisah lainnya?

Kata abdul husein:

Ketika Abu Hurairah masuk Islam, ia bergabung dalam orang-orang melarat suffah, sebagaimana Abul Fida’ sampaikan dalam kitabnya at-Tarikh al-Mukhtassar (sejarah singkat), yaitu orang-orang miskin yang tidak memiliki rumah ataupun kerabat.

Di akhir paragraf, abdul husein mengatakan:

Ketika Nabi memiliki sesuatu untuk makan malam, beliau mengundang beberapa dari mereka untuk makan malam bersamanya, sementra beberapa yang lainnya makan malam bersama sahabat-sahabatnya. Salah seorang penghuninya yang terkenal adalah Abu Hurairah.

Alangkah berbahagia bisa makan bersama Nabi SAW, ini yang menjadi keutamaan ahlussuffah, yang tidak bisa kita rasakan. Ketika mengutip paragraf terakhir ini, seolah-olah abdul husein lupa bahwa makan bersama Nabi SAW adalah sebuah keutamaan. Sekarang ini banyak orang yang siap membayar mahal untuk makan bersama artis terkenal. Jika banyak orang bangga bisa makan bersama artis terkenal, kita bermimpi untuk bisa makan bersama Nabi SAW.

Keutamaan ini luput dari fokus abdul husein, karena yang menjadi fokusnya adalah menghina Abu Hurairah karena miskin. Begitu juga si penterjemah juga ikut melampiaskan kebenciannya pada Abu Hurairah, maka dia memilih kata melarat.

Kita tidak heran ketika abdul husein lupa, bahwa Nabi SAW ternyata sering merasakan lapar.

Dalam riwayat Muslim pula dari An-Nu'man bin Basyir ra. katanya, bahwa pada suatu ketika Umar ra. menyebut apa yang dinikmati manusia sekarang dari dunia! Maka dia berkata, aku pernah melihat Rasulullah SAW seharian menanggung lapar, karena tidak ada makanan, kemudian tidak ada yang didapatinya pula selain dari korma yang buruk untuk mengisi perutnya.

Dalam riwayat Bukhari Muslim, Dari Aisyah berkata: keluarga Muhammad SAW tidak pernah kenyang makan roti gandum selama dua hari berturut-turut, sampai Rasulullah SAW wafat.

Jangan lupa, yang dimaksud keluarga Muhammad SAW oleh syiah adalah: Ali, Fatimah, Hasan dan Husein, yang dianggap oleh abdul husein sebagai imam maksum.

Kisah-kisah laparnya Nabi SAW selalu hilang dari ingatan abdul husein, karena baginya, kemiskinan dan kelaparan adalah aib, menyebabkan orang tersingkir dari golongan mulia. Maka dia mengejek Abu Hurairah karena miskin dan lapar.

Maka tidak heran jika abdul husein lupa bahwa Nabi SAW wafat,  dan baju besinya digadaikan pada seorang yahudi.

Kulaini meriwayatkan dalam Al Kafi, jilid 2 hal 130 dari Abu Ubaidah, dari Abu Ja’far berkata: tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Nabi di dunia dari berada dalam keadaan lapar dan takut pada Allah.

Yang miskin bukan hanya Nabi SAW, Ali bin Abi Thalib juga miskin. Fatimah mengeluh pada ayahnya:

Engkau menikahkanku dengan orang fakir yang tidak memiliki harta
Amali As Shaduq hal 326, Biharul Anwar jilid 40 hal 6

Dalam riwayat lain, Nabi SAW mendapati Fatimah sedang menangis, lalu bertanya: Apa yang membuatmu menangis wahai anakku? Fatimah menjawab: aku menangis karena makanan yang sedikit, kesedihan yang banyak, sakit yang keras,……
Kasyful Ghummah jilid 1 hal 84, Biharul Anwar jilid 38 hal 19

Semua ini luput dari pengamatan abdul husein, karena yang menjadi fokusnya adalah harta dan materi. Orang yang mulia di matanya adalah orang yang berharta. Baginya, orang miskin dan melarat, meski bertaqwa, adalah orang yang hina.

{mxc}