Hakekat Imam Khomeini [2]

Bagaimana Khomeini menganggap para imami syiah dan para Nabi? Ternyata berbeda dengan yang kita ketahui selama ini.

Kategori Artikel

Khomeini melanjutkan lagi tentang keyakinannya pada para imam syiah.

وإن من ضرورات مذهبنا أن لأئمتنا مقاماً لم يبلغه ملك مقرب ولا نبي مرسل

Salah satu keyakinan yang pokok dalam mazhab kami bahwa para imam kami memiliki posisi yang tidak dicapai oleh para malaikat dan para Nabi. Hukumah Islamiyah halaman 52.

Setelah meyakini bahwa para imam memiliki kekuasaan di alam ini, lalu Khomeini menjelaskan bahwa salah satu keyakinan utama syiah adalah para imam memiliki posisi yang melebihi para Nabi.
 
Ini berarti syiah merupakan mazhab yang meyakini akan posisi para imam yang melebihi para Nabi. Tidak ada gunanya penganut syiah membantah keyakinan Khomeini ini, karena jelas Khomeini lebih mengerti mazhab syiah dari mereka. Lebih paham mazhab syiah dari penganut syiah di Indonesia yang baru beberapa tahun menjadi syiah.

Ingat, Khomeini bukanlah seorang syiah yang baru masuk syiah dua tiga tahun, Khomeini adalah seorang ulama yang telah belajar syiah selama puluhan tahun.

Yang dipelajari oleh Khomeini adalah mazhab syiah yang memiliki keyakinan pokok yaitu para imam syiah memiliki kedudukan yang amat tinggi, yang melebihi para malaikat dan para Nabi.

Sedangkan para Nabi adalah orang yang memiliki kedudukan tertinggi dalam Al Qur’an. Tapi menurut khomeini apa yang dijelaskan Al Qur’an itu keliru, yang benar adalah pendapat yang jadi pendapat utama dalam mazhab syiah. Menurut Khomeini pendapat Al Qur’an bukanlah pendapat yang benar, dan yang benar adalah pendapat mazhab syiah.

Bagi Khomeini para imam adalah memiliki kedudukan yang sama dengan Allah, yaitu menguasai seluruh atom yang ada di alam ini. Pernyataan Allah dalam Al Qur’an bahwa hanya Allah lah yang menguasai alam semesta dianggap keliru. Yang benar bahwa ada para imam syiah yang ikut menguasai alam semesta.

Khomeini memang berani, pendapat Allah sudah dianggapnya keliru. Pendapat mazhab syiah lah yang benar, bahwa para imam memiliki kedudukan tinggi yang tidak bisa dicapai oleh para Nabi dan Malaikat.

Tapi syiah di Indonesia hanya bisa berteriak-teriak: Allahumma shalli Ala Muhammad wa Ali Muhammad, karena hanya itu yang mereka bisa. Pikiran mereka sudah tidak lagi bisa membedakan mana yang benar dan mana yang keliru.

Inilah Khomeini yang menjadi idola Jalaludin Rahmat. Pastinya Jalaludin Rahmat tidak berani membantah Khomeini. Apalagi syiah biasa.

 
[mxc]