Akhlak Kang Jalal (12)

Prof Dr Kang Jalal menuduh para sahabat Nabi telah merubah ajaran Islam. Apakah itu benar?

Kategori Artikel

Prof Dr Kang Jalal meneruskan upayanya dalam menghujat sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam. Dia terus memberikan bukti-bukti bahwa sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam telah merubah ajaran agama, dan tidak layak dijadikan panutan dalam beragama.

Dalam artikel-artikel sebelumnya, pembaca bisa melihat bahwa bukti-bukti yang dibawakan oleh Prof Dr Kang Jalal bukan menunjukkan sesatnya sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam, tapi malah menunjukkan bahwa Prof Dr Kang Jalal adalah seorang yang curang lagi licik, karena merubah-rubah bukti sedemikian rupa agar sesuai dengan apa yang dia inginkan. Bukannya membuktikan sesatnya sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam, bukti-bukti itu malah menunjukkan bahwa Prof Dr Kang Jalal memang tidak memiliki integritas intelektual.

Kali ini Prof Dr Kang Jalal membawakan bukti sebuah riwayat dari sahabat Al Bara’ bin Azib, yang bertemu dengan seseorang dan orang itu mengomentari kehidupan Al Bara’, yang pernah hidup bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam, dan ikut menghadiri bai’at di bawah sebuah pohon di Hudaibiyah.  Orang itu berkata:

Beruntunglah Anda, Anda menjadi sahabat Rasulullah saw, anda berbaiat padanya di bawah pohon. Al Bara’ menjawab: Hai anak saudaraku, engkau tidak tahu apa yang kami lakukan setelah itu.

Prof Dr Kang Jalal menukil riwayat ini pada buku Dahulukan Akhlak di atas Fikih hal 171. Tapi dengan terjemahan yang berbeda. Dia menterjemahkan kata kami lakukan, dengan kata hal-hal baru yang kami adakan. Hingga terjemahan yang tertulis di buku Prof Dr Kang Jalal adalah berikut:

Wahai anak saudaraku, engkau tidak tahu hal-hal baru yang kami adakan sepeninggal Rasulullah saw.

Setelah menterjemahkan riwayat di atas, langsung Prof Dr Kang Jalal membuat kesimpulan:
Kata ma ahdattsna (apa-apa yang kami adakan) menunjukkan pada perbuatan bid’ah yang dilakukan para sahabat Nabi.
Apa dasar Prof Dr Kang Jalal mengartikan kata ma ahdatsna dengan apa-apa yang kami adakan? Dasarnya adalah sebuah riwayat yang dikenal dengan hadits haudh, yang juga sering dijadikan dasar oleh Prof Dr Kang Jalal untuk menghujat sahabat. Prof Dr Kang Jalal melanjutkan:

Diriwayatkan bahwa pada hari kiamat ada rombongan manusia yang pernah menyertai nabi diusir dari al-haudh. Nabi saw: ya Rabbi, mereka sahabatku. Dikatakan kepadanya: engkau tak tahu apa-apa yang mereka adakadakan sepeninggal kamu.

Nah kata yang digunakan dalam hadits ini adalah : ma ahdatsu, hal-hal baru yang mereka adakan.
Tapi ternyata ulama memahami perkataan Al Bara’ bin Azib di atas dengan pemahaman yang berbeda. Prof Dr Kang Jalal tidak mau mengambil dari ulama, tapi membuat penafsiran sendiri, agar bisa mendukung tujuan utamanya, yaitu menghujat sahabat Nabi. Ibnu Hajar menjelaskan maksud ucapan Al Bara’:
 

Menunjukkan apa yang terjadi di kalangan sahabat, berupa peperangan dan lainnya. Maka dia takut akibat buruk perbuatan itu. Ini adalah termasuk dari keutamaannya.

Ibnu Hajar menulis penjelasan hadits-hadits Shahih Bukhari. Dia memberikan penjelasan atas hadits-hadits itu. Dia tidak menterjemahkan kata ma ahdatsna seperti pemahaman Prof Dr Kang Jalal.

Prof Dr Kang Jalal sengaja menghubungkan hadits ini dengan hadits lain, untuk menciptakan kaitan antara ucapan Bara’ dengan hadits yang digunakan untuk menghujat sahabat. Prof Dr Kang Jalal ingin mengatakan bahwa sahabat sendiri telah mengakui diri mereka telah membuat hal-hal baru yang tidak diajarkan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Dan hal-hal baru yang tidak diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak patut diikuti.

Inilah yang menjadi tujan Prof Dr Kang Jalal, agar umat memiliki pandangan negatif pada para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Tetapi Prof Dr Kang Jalal lupa bahwa Ali bin Abi Thalib adalah sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam juga. Artinya Ali bin Abi Thalib juga ikut serta dalam melakukan hal-hal baru sepeninggal Rasul shallallahu alaihi wasallam. Maka sudah semestinya Prof Dr Kang Jalal tidak mengikuti Ali bin Abi Thalib juga. Tapi sebaliknya, kita ketahui bahwa syiah menganggap Ali bin Abi Thalib sebagai panutan yang harus diikuti sepeninggal Nabi shallallahu alaihi wasallam .

Hadits yang dijadikan argumen ini memuat satu hal penting, yang sengaja dilewatkan oleh Prof Dr Kang Jalal, yaitu menunjukkan bahwa Al Bara’ bin Azib adalah salah satu sahabat Nabi yang mengikuti baiat di bawah pohon di Hudaibiyah, yang juga disebut dengan bai’at ridwan.

Dan baiat ridhwan, baiat yang terjadi di Hudaibiyah, bukan peristiwa biasa. Allah berfirman tentang mereka yang mengikuti baiat ridwan tersebut:
 

48:18. Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).

Dan para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kemenangan besar itu adalah perjanjian Hudaibiyah, di mana kaum kafir Quraisy mau mengadakan perjanjian damai dengan kaum muslimin. Dan kemenangan besar ini diawali dengan baiat.

Allah meridhoi mereka yang ikut berbaiat pada Nabi shallallahu alaihi wasallam di Hudaibiyah. Ketika Allah memutuskan untuk meridhoi mereka, maka Allah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, Allah tahu bahwa mereka akan tetap istiqamah dalam hidupnya, karena mereka telah mendapatkan ridho Allah.

Jangan-jangan Prof Dr Kang Jalal berprasangka bahwa para sahabat yang diridhoi oleh Allah itu masih bisa berubah. Artinya Allah masih bisa keliru, dan tidak tahu bahwa mereka nanti akan berubah.

Jangan-jangan Prof Dr Kang Jalal masih mengira bahwa Allah tidak tahu apa yang terjadi di masa depan. Allah menjelaskan: maka Allah tahu apa yang ada di hati mereka.

Allah meridhoi para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam, sebuah pernyataan bahwa Allah mencintai mereka. Tapi menurut Prof Dr Kang Jalal , para sahabat sudah merubah ajaran Islam, sudah membuat banyak hal baru sepeninggal Nabi shallallahu alaihi wasallam.

 
Tentunya termasuk Ali bin Abi Thalib tentunya, karena Ali bin Abi Thalib juga merupakan sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam.
 
{mxc}