Kesaksian dari Karbala

Tanggal 10 Muharram menjelang, Syiah merayakan hari duka cita dengan meriah. Tapi mereka lupa mengkaji sejarah. Mereka hanya percaya pada cerita-cerita ustadz mereka, tanpa mau benar-benar mengkaji dan berpikir. Kali ini pembaca akan menyimak kesaksian dari Ali Zainal Abidin, salah satu putra imam Husein yang selamat dari pembantaian, dan tahu persis apa yang terjadi.

Kategori Artikel

Imam Husein beserta keluarganya berangkat ke Karbala. Salah satu yang ikut bersamanya adalah putranya yang bernama Ali, yang dikenal dengan julukan Zainal Abidin. Dia ikut menyaksikan peristiwa tragis itu. Kita simak kesaksiannya.

Kemudian Ali Zainal Abidin ini dijadikan imam oleh syiah, disemati julukan Zainal Abidin, dan diyakini memiliki keistimewaan-keistimewaan tertentu oleh syiah. Salah satunya adalah dianggap maksum, lepas dari salah dan lupa.

Imam Ali Zainal Abidin ikut bersama ayahnya di Karbala, hingga benar-benar mengerti apa yang terjadi. Kali ini kita akan membaca sendiri kesaksian Imam Ali Zainal Abidin tentang peristiwa yang dialaminya, yaitu peristiwa Karbala. Tentu tidak ada orang berakal dan meragukan kesaksian imam Ali Zainal Abidin.

Hudzaim bin Syuraik Al Asadi berkata: Ali Zainal Abidin keluar menemui sekelompok orang, dan mengisyaratkan pada mereka dengan tangannya, menyuruh agar mereka diam. Ali Zainal Abidin berdiri. Dia memuji Allah dan bershalawat pada NabiNya, lalu berkata: Wahai manusia, bagi yang mengenalku, maka dia telah mengenalku. Bagi yang belum kenal siapa diriku, aku adalah Ali bin Husein, yagn disembelih di tepi sungai Eufrat, tanpa tahu masalah dan tanpa dapat warisan. Aku adalah anak dari yang dilukai kehormatan istri dan anak wanitanya, yang dirampas kenikmatannya, dan dirampok hartanya, ditawak keluarganya. Aku adalah anak dari manusia yang dibunuh dalam tawanan. Ini cukup membuatku bangga.

Wahai manusia, aku minta kalian bersumpah pada Allah, bukankah kalian tahu bahwa kalian yang menulis surat pada ayahku, lalu kalian berkhianat padanya, dan bukankah kalian telah memberikan janji dan baiat? Kalian perangi ayahku, dan kalian hinakan dia. Alangkah celaka apa yang telah kalian lakukan, alangkah buruknya pikiran kalian, bagaimana kalian nanti di hadapan Nabi shalllallahu alaihi wasallam yang bersabda pada kalian: kalian bunuh anak cucuku, kalian rusak kehormatanku, kalian bukanlah termasuk umatku.

Lalu suara tangisan terdengar keras, dan masing-masing saling mendoakan: sungguh perbuatan kalian membuat kalian celaka.

Lalu Ali bin Husein berdoa: semoga Allah merahmati orang yang mau menerima nasehatku, dan menjaga wasiatku tentang hak-hak Allah, hak-hak RasulNya dan hak-hak keluarganya, sesungguhnya Rasulullah shalllallahu alaihi wasallam telah memberikan contoh terbaik bagi kita.

Lalu mereka semua berkata : kami semua menengar, taat, dan menjaga kehormatanmu, kami tidak akan meninggalkanmu, dan tidak membencimu. Berilah kami perintah, semoga Allah merahmatimu, sesungguhnya kami akan memerangi siapa yang memerangimu, kami akan berdamai, kami akan membalas dendammu dan dendam kami semua, membalas orang yang telah menzhalimimu dan diri kami semua.

Lalu Ali bin Husein berkata: sungguh jauh bagi kalian, wahai para pembuat makar dan pengkhianat, semoga kalian dihalangi dari meraih keinginan dan syahwat kalian, apakah kalian ingin melakukan padaku apa yang kalian lakukan pada ayahku? Tidak, demi Rabb para penari di Mina, luka ini masih belum kering. Kemarin ayahku dibunuh di tengah keluarganya. Aku belum lupa musibah yang menimpa Rasulullah shalllallahu alaihi wasallam, musibah ayahku dan anak-anaknya, dan kakekku….

Khotbah ini terdapat dalam kitab Al Ihtijaj jilid 2 hal 305, juga dalam kitab-kitab berikut:

Mutsirul Ahzan

Al Lahuf

Tasliyatul Majalis wa Zinatul Majalis

Biharul Anwar

Al Awalim

Ali Zainal Abidin terang-terangan mengatakan bahwa yang memerangi Imam Husein adalah syiahnya. Yang membantai Imam Husein adalah mereka yang menulis surat padanya, memanggilnya ke Kufah untuk bersama-sama berjihad menumbangkan pemerintahan bani Umayah. Bukannya memerangi bani Umayyah, para syiah itu malah membantai imam Husein. Ini kesaksian sejarah yang tidak bisa dibantah.

Dan para syiah itu masih tidak punya malu. Mereka masih berani berjanji pada Ali Zainal Abidin untuk memerangi musuhnya. Dan Ali Zainal Abidin bukan orang bodoh dan pandir. Dia pun tahu bahwa syiahnya akan menipu dan mengkhianatinya.

Rupanya menipu dan mengkhianati sudah mendarah daging dalam diri seorang syiah. Dan Ali Zainal Abidin tidak mau mati sia-sia karena ditipu oleh syiah.

Menipu dan mengkhianati, ini dilakukan oleh para ustadz dan ulama syiah hari ini. Mereka sengaja berdusta pada syiah. Dan parahnya, syiah mau saja dibohongi. Sungguh jauh panggan dari api, dengan apa yang mereka katakan di mana-mana: penganut syiah adalah ornag-orang intelektual.

Para ulama dan diikuti oleh ustadz syiah sengaja mengubur sejarah dalam-dalam, mereka sengaja mengelabui umat untuk percaya pada mereka, dan bukannya percaya pada ahlulbait yang sebenarnya. Mereka menjaga agar kitab-kitab mereka yang memuat ajaran ahlul bait yang sejati tersembunyi, agar tidak dijangkau oleh kalangan syiah awam. Karena orang awam yang membaca kitab-kitab syiah, maka akan mendapati kebohongan dan dusta para ulama dan ustadz syiah.

Selama ini ahlussunnah menjadi kambing hitam pembunuhan Imam Husein. Peristiwa Karbala menjadi momen untuk membangkitkan dendam dan kebencian pada mereka yang tidak bersalah. Syiah berhasil membuat kambing hitam bagi pembunuhan Imam Husein.

Jika mereka benar-benar ingin mengutuk pembunuh Imam Husein, mereka mestinya keluar dari mazhab syiah, karena yang membunuh imam Husein adalah syiah sendiri. Mestinya penganut syiah hari ini malu terhadap perilaku syiah yang ada di zaman para imam, karena perilaku syiah memang memalukan.

Tapi sepertinya penganut syiah masih keenakan dalam buaian cerita dusta para ustadz syiah.

{mxc}