Akhlak Kang Jalal (14)

Benarkah para sahabat Nabi diusir dari telaga hari kiamat? Atau yang diusir adalah golongan lain?

Kategori Artikel

Prof Dr Kang Jalal mengajukan banyak dalil dan bukti tentang sesatnya sahabat Nabi. Bagaimana kualitas dalil-dalil yang diajukan oleh Prof Dr Kang Jalal untuk mendukung pendapatnya?

Salah satu dalil yang dikemukakan Prof Dr Kang Jalal adalah sebuah hadits. Mari kita simak hadits itu.

Prof Dr Kang Jalal mengatakan dalam Buku Dahulukan Akhlak di atas Fikih:

Kata ma ahdatsna menunjukkan pada perbuatan bid’ah yang dilakukan para sahabat Nabi. Diriwayatkan bahwa pada hari kiamat ada rombongan manusia yang pernah menyertai Nabi diusir dari Al Haudh. Nabi saw: Ya Rabbi, mereka sahabatku. Dikatakan kepadanya: Engkau tak tahu apa-apa yang mereka ada-adakan sepeninggal kamu.

Hadits ini dikenal dengan hadits Al Haudh, yang artinya telaga. Menunjuk pada peristiwa pengusiran terhadap beberapa orang dari telaga Nabi. Hadits ini adalah salah satu hadits yang sering digunakan untuk menghujat sahabat Nabi. Padahal, yang meriwayatkan hadits ini adalah sahabat Nabi juga. Bukan perawi syiah.

Hadits Al Haudh ini terdapat beberapa versi riwayat. Dan Prof Dr Kang Jalal hanya menunjuk pada satu riwayat saja, tanpa memperhatikan riwayat yang lain.

Tapi tidak perlu kita melihat semua riwayat hadits ini, insya Allah akan kita bahas lebih detil di kesempatan lain. Yang jelas, Prof Dr Kang Jalal menuduh bahwa sahabat telah merubah ajaran Islam.  Dan hadits ini jadi salah satu bukti yang diajukannya bahwa sahabat telah merubah agama.
 
Mari kita perhatikan lagi dengan lebih dalam. Kita lihat dalam hadits ini Nabi Muhammad bertanya pada Allah:

Nabi saw: Ya Rabbi, mereka sahabatku. Dikatakan kepadanya: Engkau tak tahu apa-apa yang mereka ada-adakan sepeninggal kamu.

Di sini Nabi bertanya mengapa sahabat Nabi ada yang diusir dari telaga? Itu adalah sahabat Nabi, mengapa sampai bisa diusir? Lalu Allah menjawab: engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat sepeninggalmu.

Sementara menurut Prof Dr Kang Jalal, terjemahannya adalah engkau tak tahu apa-apa yang mereka ada-adakan sepeninggal kamu.

Seperti telah kita bahas bersama pada artikel sebelumnya, Prof Dr Kang Jalal memiliki pemahaman sendiri terhadap makna hadits di atas, yang berbeda dari pemahaman para ulama. Yang kita ambil contoh pada artikel lalu adalah Ibnu Hajar Al Asqalani.

Meskipun kita mengambil terjemahan dari Prof Dr Kang Jalal maka hasilnya tidak akan berbeda. Kita lihat di sini Allah mengatakan pada Nabi Muhammad: Engkau tak tahu apa-apa yang mereka ada-adakan sepeninggal kamu.

Artinya, Rasulullah tidak tahu apa yang terjadi pada sahabat yang diusir dari telaga. Tapi Allah tahu apa yang terjadi pada mereka. Allah tahu apa yang mereka lakukan.
Allah bukan hanya tahu apa yang dilakukan oleh sahabat yang ditolak tadi. Allah tahu semuanya tanpa kecuali.

Allah tahu kejadian yang sudah terjadi dan yang belum terjadi. Artinya sebelum sahabat itu, seperti dalam terjemahan Prof Dr Kang Jalal, mengada-adakan hal baru dalam agama, Allah sudah tahu.

Namun di sisi lain, Allah memuji para sahabat Nabi dan meridhoi mereka. Banyak ayat Al Qur’an yang menegaskan pujian Allah terhadap para sahabat Nabi. Tapi semua ayat ini tidak diindahkan oleh Prof Dr Kang Jalal. Di sini nampak sekali bagaimana sikap Prof Dr Kang Jalal terhadap ayat-ayat Al Qur’an.

Allah yang memuji sahabat Nabi, tentunya tahu apa yang terjadi setelah Nabi meninggal.  Allah Maha Tahu, ilmuNya meliputi segala sesuatu, termasuk tahu apa yang akan terjadi setelah nabi wafat.

Bukan hanya satu dua ayat, bukan hanya satu dua hadits yang memuji sahabat Nabi. Tapi semua itu memang sengaja ditinggalkan. Semua itu sengaja diabaikan demi untuk menggiring pembaca pada kesimpulan yang memang diinginkan.

Ketika memahami bahwa sahabat yang dimaksud dalam hadits ini adalah para sahabat yang berjuang bersama Nabi, yaitu para sahabat yang dipuji oleh Allah dan RasulNya, maka ini merupakan bentuk pendustaan pada banyak ayat dan hadits yang memuji sahabat.

Ketika memahami bahwa sahabat yang dimaksud dalam hadits di atas adalah sahabat yang dipuji dalam Al Qur’an dan  banyak hadits Nabi, maka seolah menuduh bahwa dalam Al Qur’an dan hadits mengandung pertentangan. Dan ini mustahil.
 
Al Khattabi berkata: tidak ada satu pun sahabat Nabi yang murtad. Yang menjadi murtad adalah kaum arab badui, yang tidak pernah menolong agama. Dan ini tidak mengharuskan kita untuk mencela para sahabat yang lain. Fathul Bari, jilid 11 hal 385.  

An Nawawi menukil perbedaan pendapat ulama tentang yang dimaksud dalam hadits: Engkau tak tahu apa-apa yang mereka ada-adakan sepeninggal kamu:
Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini, terdiri dari beberapa pendapat:

Pertama: yang dimaksud adalah orang-orang munafik dan mereka yang murtad, mereka bisa jadi dikumpulkan di hari kiamat dengan tanda cahaya di tangan dan wajah, [yaitu tanda orang beriman di hari kiamat ] lalu Nabi shallallahu alaihi wasallam memanggil mereka, karena melihat tanda yang ada pada mereka, [yaitu tanda orang beriman], lalu dikatakan: mereka bukan kaum yang dijanjikan bagimu, mereka mengganti sepeninggalmu, yaitu mereka tidak mati dalam keadaan Islam, seperti yang nampak bagi manusia.

Kedua: Yang dimaksud adalah orang yang hidup di zaman Nabi shallallahu alaihi wasallam lalu menjadi murtad setelah Nabi shallallahu alaihi wasallam wafat. Meskipun tidak nampak tanda wudhu pada mereka, tapi Nabi shallallahu alaihi wasallam mengenal mereka sebagai muslim, maka dikatakan: mereka menjadi murtad sepeninggalmu.

Ketiga: yang dimaksud adalah pelaku maksiat dan dosa besar, namun mereka mati dalam keadaan bertauhid, dan pelaku bid’ah yang bid’ahnya tidak membuat mereka keluar dari Islam.
Perbedaan pendapat ini juga dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, juga Al Qurthubi dalam Al Mufhim.

Perhatikan lagi perbedaan pendapat ulama, tidak ada satu pun ulama yang mengatakan bahwa mereka yang diusir adalah sahabat Nabi yang berjasa untuk Islam, seperti Abubakar As Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman, Ali dan lainnya, seperti pesan yang ingin disampaikan oleh Prof Dr Kang Jalal pada pembaca.

Inilah akhlak Prof Dr Kang Jalal pada Allah dan RasulNya. Rela mengabaikan kalam Allah dan sabda Rasul demi untuk melampiaskan dendam.

Prof Dr Kang Jalal memang ahli logika dan penalaran. Tapi di sini fanatisme buta menutup nalar sehatnya.

{mxc}