Akhlak Kang Jalal (15)

Menghujat para sahabat, tapi dengan dalil yang tidak valid. Ini sudah menjadi kebiasaan buruk, hingga orang layak curiga atas setiap perkataannya.

Kategori Artikel

Tak lupa Prof Dr Kang Jalal menuduh sahabat Nabi mengubah sunnah Nabi, mengubah ajaran Nabi, inilah inti dari tuduhan Prof Dr Kang Jalal. Dalam buku Dahulukan Akhlak di atas Fikih, Prof Dr Kang Jalal mengatakan di halaman 172: Jadi, pada zaman sahabat pun, sunah Nabi sudah banyak diubah. Salah satu sebab utama perubahan adalah campur tangan penguasa. Karena pertimbangan politik, Bani Umayah telah mengubah sunnah Nabi, khususnya yang dijalankan secara setia oleh Ali dan para pengikutnya.

Inilah tuduhan Prof Dr Kang Jalal pada para sahabat. Kesimpulan Prof Dr Kang Jalal ini ditulis berdasar dalil-dalil yang tidak valid, yang telah kita buktikan cacatnya pada rangkaian tulisan sebelum ini.

Nah lagi-lagi Prof Dr Kang Jalal menyertakan dalil tambahan. Tepat setelah nukilan di atas, Prof Dr Kang Jalal menambahkan sebuah dalil lagi, yaitu doa yang dipanjantkan Ibnu Abbas : Ibnu Abbas berdoa: Ya Allah, laknatlah mereka. Mereka meninggalkan sunnah karena benci kepada Ali. Ketika melihat halaman referensi Prof Dr Kang Jalal, tertulis doa itu pada kitab Ansab Al Asyraf, 2: 80. Juga Sunan Al Baihaqi 2: 68, Kanzul Ummal, 8 : 143 Inilah text yang ada di halaman referensi buku Prof Dr Kang Jalal :

قال ابن عباس : اللهم العنهم, فقد تركوا السنة ببغضهم لعلي كترك الجهر بالبسملة سعيا لمحو اثار علي

Ibnu Abbas berkata: Ya Allah laknlatlah mereka, mereka meninggalkan sunnah karena bencinya pada Ali, seperti tidak membaca basmalah dengan keras, karena ingin menghapus jejak Ali.

 

Di sini Prof Dr Kang Jalal tidak menyebutkan apakah riwayat doa Ibnu Abbas di atas shahih atau tidak. Dan kita sudah bisa mendeteksi kebiasaan Prof Dr Kang Jalal dalam berdalil, yaitu ketika dalil yang digunakan adalah shahih, maka disalahpahami.

Tapi jika dalil yang digunakan adalah dhaif, alias lemah, maka tidak akan disinggung mengenai validitasnya. Mari kita lihat validitas riwayat doa Ibnu Abbas ini. Kita akan lihat di sunan Al Baihaqi:

أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ : مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ الْعَلَوِىُّ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ ابْنِ الشَّرْقِىِّ حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ سَعِيدٍ النَّسَوِىُّ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ صَالِحٍ عَنْ مَيْسَرَةَ بْنِ حَبِيبٍ النَّهْدِىِّ عَنِ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ : كُنَّا عِنْدَ ابْنِ عَبَّاسٍ بِعَرَفَةَ فَقَالَ : يَا سَعِيدُ مَا لِى لاَ أَسْمَعُ النَّاسَ يُلَبُّونَ؟ قُلْتُ : يَخَافُونَ مُعَاوِيَةَ فَخَرَجَ ابْنُ الْعَبَّاسِ مِنْ فُسْطَاطِهِ فَقَالَ : لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ وَإِنْ رَغِمَ أَنْفُ مُعَاوِيَةَ اللَّهُمَّ الْعَنْهُمْ فَقَدْ تَرَكُوا السُّنَّةَ مِنْ بُغْضِ عَلِىٍّ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ.

 

Dari Abul Hasan: Muhammad bin Husein Al Alawi, Dari Muhammad bin Ahasan bin As Syarqi, ari Ali bin Said An Nasawi, dari Khalid bin Makhlad, dari Ali bin Shalih dari Maysarah bin Habib An Nahdi, dari Minhal bin Amr, dari Said bin Jubair berkata: kami bersama Ibnu Abbas di Arafah, lalu berkata: wahai Said mengapa saya tidak mendengar suara orang bertalbiyah? Aku menjawab: mereka takut pada Muawiyah. Lalu Ibnu Abbas keluar dari kemahnya dan berkata: Labbaikallahumma Labbaik, meskipun Muawiyah tidak senang. Ya Allah laknatlah mereka, mereka telah meninggalkan sunnah karena benci pada Ali.

Nampak dalam referensi Prof Dr Kang Jalal ada kalimat tambahan yang bukan bagian dari hadits. Hanya Prof Dr Kang Jalal yang tahu dari mana asal tambahan itu. Tapi tidak ada isyarat bahwa bagian itu merupakan tambahan yang terpisah dari hadits. Para ulama sudah membahas tentang hadits ini, yang salah satu perawinya adalah Khalid bin Makhlad Al Qathwani.

Para ulama meragukan validitas perawi ini, karena meriwayatkan hadits yang mungkar, juga bermazhab syiah ekstrim.

Al Zaila’I berkata: Ahmad bin Hambal mengatakan: dia meriwayatkan hadits yang munkar. Ibnu Sa’ad berkata: haditsnya munkar dan penganut syiah ekstrim. As Sa’di berkata: dia menampakkan keburukan mazhabnya. Lihat Nashbur Rayah jilid 4 hal 497. Albani berkata: meskipun dia adalah salah satu perawi hadits Bukhari, tapi hafalannya lemah. Silsilah Shahihah jilid 4 hal 432.

Apakah berarti haditsnya yang di Bukhari adalah lemah? Tentu tidak. Karena Bukhari meriwayatkan haditsnya dengan ada penguat dari sanad lain yang lemah. Dan Bukhari pun tahu tentang status validitas perawi ini, dan menerimanya, bisa jadi karena sudah ada penguat dari jalur lain. Dan ini tidak menggugurkan validitas Bukhari, juga bukan sebagai kesaksian atas kebenaran mazhab syiah.

Perlu diketahui yang disebut syiah pada zaman penulisan hadits, berbeda dengan yang disebut syiah pada hari ini. Pada zaman itu, yang disebut syiah adalah mereka yang menganggap sahabat Ali lebih utama daripada Utsman, tapi mereka masih mengakui keutamaan sahabat Abubakar dan Umar. Berbeda dengan syiah hari ini yang mengkafirkan Abubakar dan Umar, yang mana pada zaman dahulu dikenal dengan sebutan rafidhah. Jika anda hari ini mengatakan pada kawan anda yang syiah: kamu seorang rafidhah, maka dia akan marah, karena dia lebih suka disebut syiah, dan membuat umat bingung akan perbedaan syiah antara dahulu dan sekarang. Ternyata tidak ada perawi lain yang meriwayatkan selain Khalid bin Makhlad ini.

Tapi semua ini bagi Prof Dr Kang Jalal tidaklah penting, karena yang penting adalah bagaimana membuat pembaca membenci Muawiyah. Masalah riwayat shahih atau tidak, itu tidak penting. Lagi pula banyak pembaca awam yang tidak tahu. Tapi ingat, tidak semua pembaca buku Prof Dr Kang Jalal adalah awam, ada banyak orang yang bisa mendeteksi kecurangan Prof Dr Kang Jalal.

Tapi demi menghujat sahabat Nabi, apa pun boleh dilakukan. Rupanya inilah akhlak Prof Dr Kang Jalal, rela curang dan berdusta demi menghujat sahabat Nabi.

Silakan pembaca menyimak ucapan Ibnu Abbas tentang Muawiyah: Tidak ada yang lebih berilmu di antara kita melebihi Muawiyah. Al Umm jilid 1 hal 290 Mushannaf Abdurrazzaq jilid 3 hal 21 {mxc}